ERA TIGA NEGARA (SAMKOK)
Zaman Tiga Negara atau juga dikenal dengan nama
Samkok (Hanzi sederhana: 三国時代; Hanzi tradisional: 三國時代, hanyu pinyin:
sanguo shidai, bahasa Inggris:
Three Kingdoms Era) (220 - 280) adalah sebuah zaman di penghujung Dinasti Han di mana Cina terpecah menjadi tiga negara yang saling bermusuhan.
Tiga Negara |
Negara |
Cao Wei |
Dong Wu |
Shu Han |
Ibu kota |
Luoyang |
Jianye |
Chengdu |
Kaisar
· Kaisar pendiri
· Kaisar terakhir |
5 kaisar
Cao Pi
Cao Huan |
4 kaisar
Sun Quan
Sun Hao |
2 kaisar
Liu Bei
Liu Chan |
Berdiri |
220 |
222 |
221 |
Runtuh |
265 |
280 |
263 |
Di dalam sejarah Cina biasanya hanya boleh ada kaisar
tunggal yang dianggap menjalankan mandat langit untuk berkuasa, namun
di zaman ini karena tidak ada satupun negara yang dapat menaklukkan
negara lainnya untuk mempersatukan Cina, maka muncullah tiga negara
dengan kaisar masing-masing. Cina akhirnya dipersatukan oleh keluarga Sima yang merebut kekuasaan dari negara Wei dan menaklukkan Wu serta mendirikan Dinasti Jin.
Penghujung Dinasti Han
Dinasti Han mengalami kemerosotan sejak tahun 100 karena kaisar-kaisar penguasa yang tidak cakap memerintah dan pembusukan di dalam birokrasi pemerintahan. Beberapa pemberontakan petani pecah sebagai bentuk ketidakpuasan rakyat terhadap kekaisaran. Namun ketidakmampuan kaisar lebih parah dipergunakan oleh para kasim
untuk mengkonsolidasikan kekuasaan di tangan mereka. Penghujung Dinasti
Han memang adalah sebuah masa yang didominasi oleh pemerintahan kasim.
Pembagian Prefektur di penghujung Dinasty Han
Sejak Kaisar Hedi,
kaisar-kaisar selanjutnya naik tahta pada masa kanak-kanak. Ini
menyebabkan tidak ada pemerintahan yang stabil dan kuat karena
pemerintahan dijalankan oleh kasim-kasim dan keluarga kaisar lainnya
yang kemudian melakukan kudeta untuk menyingkirkan kaisar yang tengah
beranjak dewasa guna melanggengkan kekuasaan mereka. Ini menyebabkan
lingkaran setan yang kemudian makin memperburuk situasi Dinasti Han.
Pada penghujung dinasti Han muncul pemberontakan selendang kuning atau
yang lebih dikenal dengan Pemberontakan Sorban Kuning (Yellow Turban),
yang dipimpin oleh Zhang Jiao beserta antek-anteknya mereka menduduki
wilayah Yu Zhou, Xu Zhou, Yan Zhou. Tepatnya dulu menduduki kota-kota
Ping Yuan, Wan, Xu Chang, Ye, Xiao Pei, Shou Chun. Untuk menumpas
pemberontakan yang muncul maka pemerintah dinasti Han menobatkan He Jin
sebagai Jendral besar sekaligus perdana menteri. Selama kurang lebih 8
tahun, He jin masih tidak dapat menumpas pemberontakan.
Kelaliman Perdana Menteri Dong Zhuo
Pada tahun 189, sesaat setelah Kaisar Lingdi mangkat, para menteri kemudian merencanakan untuk membunuh Jenderal He Jin, paman dari anak Kaisar Lingdi, Liu Bian.
Ini dimaksudkan untuk mencegah He Jin mendudukkan Liu Bian sebagai
kaisar pewaris tahta. Rencana ini diketahui oleh He Jin yang kemudian
segera melantik Liu Bian sebagai pewaris tahta dengan gelar Shaodi pada April 189. Selain itu, He Jin juga memerintahkan Dong Zhuo untuk kembali ke ibu kota Luoyang
untuk menghabisi para menteri serta kasim yang ingin merebut kekuasaan
itu. Sebelum Dong Zhuo sampai, He Jin sudah dibunuh dahulu oleh para
menteri di dalam istana.
Yuan Shao
kemudian mengambil inisiatif menyerang istana dan memerintahkan
pembunuhan sebagian menteri dan kasim yang dituduh berkomplot merebut
kekuasaan kekaisaran. Namun, menteri lainnya menyandera Kaisar Shaodi
dan adiknya Liu Xie
ke luar istana. Dong Zhuo mengambil kesempatan ini untuk memusnahkan
kompolotan menteri tadi dan menyelamatkan kaisar. Dengan kaisar di bawah
pengaturannya, Dong Zhuo kemudian memulai kelalimannya.
Dong Zhuo mulai menyiapkan strateginya untuk mengontrol kekuasaan
kekaisaran di Cina dengan membatasi wewenang kekuasaan Kaisar Shaodi. Ia
lalu menghasut Lu Bu untuk membunuh ayah angkatnya, Ding Yuan
dan merebut seluruh kekuatan militernya untuk memperkuat diri sendiri.
Yuan Shao juga diusir olehnya dari Luoyang. Ia membatasi wewenang para
menteri dan memusatkan kekuasaan di tangannya, setelah itu, Kaisar
Shaodi diturunkan dari tahta untuk kemudian digantikan oleh adiknya Liu
Xie yang menjadi kaisar dengan gelar Xiandi pada September 189. Sejarahwan beranggapan bahwa momentum ini adalah awal Zaman Tiga Negara.
Yuan Shao kemudian menghimbau para jenderal penguasa daerah untuk
melawan kelaliman Dong Zhuo. Usahanya membawa hasil 11 batalyon militer
beraliansi untuk melakukan agresi ke Luoyang guna menumbangkan rezim
Dong Zhuo. Yuan Shao memimpin aliansi yang kemudian dinamakan sebagai Tentara Pintu Timur.
Dong Zhuo merasa takut dan membunuh bekas kaisar Shaodi,
membumi-hanguskan dan merampok penduduk Luoyang, menyandera Kaisar
Xiandi dan memindahkan ibu kota ke Chang'an.
Dalam pelariannya, Dong Zhuo diserang oleh Cao Cao dan Sun Jian
yang tergabung dalam Tentara Pintu Timur, namun sayang karena ada
kecemburuan di dalam aliansi menyebabkan tidak ada bantuan dari jenderal
lainnya yang tidak ingin melihat keberhasilan mereka berdua. Aliansi
ini kemudian bubar dan Dong Zhuo meneruskan kelalimannya di Chang'an.
Akhirnya, pada tahun 192, menteri istana bernama Wang Yun bersama Lu Bu menghabisi nyawa Dong Zhuo di Chang'an. Ini mengakibatkan bawahan Dong Zhuo, Li Jue menyerang istana dan membunuh Wang Yun serta mengusir Lu Bu. Li Jue melanjutkan kelaliman pemerintahan Dong Zhuo.
Setelah Dong Zhuo berhasil dijatuhkan, Dinasti Han makin melemah
karena kehilangan kewibawaan kekaisaran. Melemahnya kekuasaan istana
menyebabkan para gubernur dan penguasa daerah memperkuat diri sendiri
dan menjadi raja kecil di wilayah mereka. Ini menyebabkan munculnya
rivalitas antar raja-raja perang satu wilayah dengan wilayah lainnya. Raja perang yang terkenal dan kuat pada masa ini adalah :
- Yuan Shao, menguasai Prefektur Ji di utara Sungai Kuning.
- Cao Cao, menguasai Chenliu dan kemudian Xuchang.
- Yuan Shu, menguasai daerah Huainan dan mengangkat diri sebagai kaisar karena mempunyai stempel kekaisaran di tangannya.
- Sun Jian, menguasai Changsha.
- Dong Zhuo, gubernur Prefektur Liang, namun kemudian merebut ibu kota Luoyang dan memindahkannya ke Chang'an, Prefektur Sili.
- Liu Biao, menguasai Prefektur Jing.
- Liu Zhang, menguasai Prefektur Yi.
- Zhang Lu, menguasai Hanzhong.
- Ma Teng, menguasai Prefektur Liang.
- Gongsun Zan, menguasai Semenanjung Liaodong.
Peperangan Guandu dan penyatuan utara
Di antara mereka, kekuatan Cao Cao dan Yuan Shao berkembang paling
pesat dan menyebabkan peperangan di antara mereka tidak dapat dihindari.
Cao Cao pada tahun 197 menaklukkan Yuan Shu, lalu Lu Bu pada tahun 198 serta Liu Bei
setahun selanjutnya. Tahun 200, Yuan Shao memulai ekspansi wilayah ke
selatan, namun berhasil dipukul mundur oleh Cao Cao. Yuan Shao kemudian
memutuskan untuk memimpin sendiri kampanye militer ke selatan dan
berpangkalan di Yangwu. Cao Cao juga mundur ke Guandu
untuk melakukan kampanye defensif. Di sini, kekuatan di antara mereka
berimbang selama setengah tahun sampai akhirnya Cao Cao melakukan
serangan mendadak dan memusnahkan seluruh persediaan logistik Yuan Shao.
Yuan Shao kemudian mundur karena moral prajurit yang rendah setelah
kekalahan yang menentukan itu. Ini adalah peperangan Guandu yang terkenal itu.
Setelah kekalahannya di Guandu, Yuan Shao beberapa kali mencoba melakukan serangan kepada Cao Cao namun gagal. Tahun 202, Yuan Shao meninggal, menyebabkan perebutan kekuasaan antara putranya, Yuan Tan dan Yuan Shang.
Cao Cao mengambil kesempatan ini untuk menaklukkan Yuan Shang dan
membunuh Yuan Tan. Yuan Shang kemudian mencari perlindungan kepada suku Wuhuan
di utara yang mendukung Yuan Shao. Atas nasihat Guo Jia, Cao Cao
menyerang Wuhuan dan membunuh pemimpinnya. Yuan Shang dalam pelariannya
mencari perlindungan kemudian dibunuh oleh Gongsun Kang yang takut diserang Cao Cao bila memberikan suaka kepada Yuan Shang.
Tahun 207, Cao Cao secara resmi mempersatukan wilayah utara Cina dan merencanakan ekspansi ke wilayah selatan.
Kampanye militer ke selatan dan peperangan Chibi
|
Karakter Chibi di Tebing Merah di tepi Sungai Panjang |
Tahun 208, Cao Cao melakukan kampanye militer ke selatan tepatnya ke Prefektur Jingzhou yang saat itu dikuasai oleh Liu Biao. Liu Biao meninggal sebelum Cao Cao tiba. Liu Zong,
anak Liu Biao yang menggantikan ayahnya menyerah kepada Cao Cao. Liu
Bei yang saat itu berlindung kepada Liu Biao melarikan diri ke Jiangling, namun berhasil dipukul mundur lebih lanjut ke Xiakou.
Sun Quan mengutus penasihatnya Lu Su mengunjungi Liu Bei menanyakan keadaannya. Zhuge Liang
kemudian mewakili Liu Bei mengajukan penawaran aliansi kepada Sun Quan.
Aliansi Sun-Liu terbentuk untuk menahan serangan Cao Cao. Zhou Yu dan Cheng Pu
memimpin tentara Sun dan berhasil memukul mundur tentara Cao Cao dengan
strategi api. Peperangan berlokasi di daerah Chibi dan terkenal sebagai
pertempuran Chibi. Sejarah ini di Visualisasikan dalam film Red cliff
Liu Bei menduduki Prefektur Yizhou
Cao Cao yang kalah perang kemudian mengalihkan perhatian ke wilayah barat. Cao Cao menyerang Hanzhong yang dikuasai Zhang Lu. Penguasa di Xiliang kemudian melakukan perlawanan pada tahun 211 karena takut menjadi target Cao Cao selanjutnya. Ma Chao
yang memimpin perlawanan ini dikalahkan Cao Cao dan mengasingkan diri.
Setelah tahun 215, Cao Cao telah berhasil menguasai seluruh wilayah
utara dan barat Cina.
Kemenangan aliansi Sun-Liu membuahkan perpecahan di antara mereka.
Mereka mulai memperebutkan Jingzhou yang ditinggalkan Cao Cao. Perebutan
ini dimenangkan oleh Sun Quan, yang melakukan serangan militer ke
selatan Jingzhou di bawah pimpinan Zhou Yu. Zhou Yu berencana
melanjutkan ekspansi militer ke Prefektur Yizhou yang dikuasai Liu Zhang,
namun ia meninggal dalam perjalanan. Lu Su yang menggantikannya
menghentikan rencana ini dan meminjamkan Jingzhou kepada Liu Bei untuk
pangkalan militer sementara untuk menahan kemungkinan serangan Cao Cao.
Saat ini, Liu Zhang mengundang Liu Bei untuk membantu Yizhou melawan
kemungkinan ekspansi Cao Cao bila berhasil menduduki Hanzhong. Liu Bei
berangkat menuju Yizhou meninggalkan Guan Yu menjaga Jingzhou. Perseteruan Liu Bei dan Liu Zhang pecah pada tahun 212, Liu Bei lalu menduduki Chengdu dan memaksa Liu Zhang menyerahkan kekuasaan Yizhou kepadanya.
Tiga negara terbentuk
Tahun 216,
Cao Cao mengangkat diri sebagai Raja Wei. Setahun kemudian, Liu Bei
menyerang Hanzhong yang saat itu dikuasai Cao Cao. Pengkhianatan dari
dalam dan kampanye militer Sun Quan di wilayah tengah menyebabkan Cao
Cao terpaksa harus mundur dari Hanzhong. Liu Bei juga mengangkat diri
menjadi Raja Hanzhong pada tahun 219.
Tahun yang sama, Guan Yu memimpin pasukan menyerang Cao Cao, namun Lu Meng melakukan serangan dari belakang secara mendadak ke Jingzhou. Guan Yu berhasil ditangkap dan dibunuh oleh Lu Meng. Tahun 220, Cao Cao meninggal dunia dan digantikan oleh putranya Cao Pi. Cao Pi memaksa Kaisar Xiandi menyerahkan tahta kekaisaran lalu mendirikan Negara Wei
dan bertahta dengan gelar Wendi. Setahun kemudian, Liu Bei yang
mendukung kelanjutan Dinasti Han mengangkat diri sebagai kaisar dengan
gelar Zhaoliedi.
Sun Quan menyatakan tunduk kepada Wei dan diangkat sebagai Raja Wu oleh Cao Pi. Tahun 221 juga, Liu Bei menyerang Sun Quan dengan tujuan membalaskan dendam Guan Yu, namun berhasil dipukul mundur oleh Lu Xun dan meninggal pada tahun 223. Liu Chan
kemudian menggantikan sang ayah menjadi kaisar dengan gelar Xiaohuaidi.
Sepeninggal Liu Bei, Sun Quan kembali bersekutu dengan Liu Chan untuk
menahan pengaruh Cao Cao. Tiga negara resmi berdiri dan tidak akan ada
satupun negara dapat menaklukkan negara lainnya selama kurun waktu 40
tahun.
Runtuhnya negara Shu Han
Sepeninggal Liu Bei, negara Shu Han
melakukan ekspansi wilayah ke timur laut Shu. tepatnya kota Chang An
yang dipimpin oleh Cao Hong dan Sima Yi sebagai penasihatnya. Ini
dilakukan untuk mengurangi kemungkinan diserang dari belakang saat
pelaksanaan gerakan ofensif terhadap Wei di utara. Setelah wilayah di
belakang ( maksudnya daerah di Yun Nan, yang dikuasai suku bar-bar)
berhasil ditenangkan, Shu Han melakukan 5 kali penyerangan ke utara di
bawah pimpinan Zhuge Liang dalam kurun tahun 227 sampai 234, mulai dari Tian Shui sampai Wu Zhang dan yang berhasil dikuasai Shu Han hanya Tian Shui saja.
Zhuge Liang meninggal pada peperangan di tanah Wu Zhang atau dikenal
dengan peperangan Wu Zhang Plains, dimana Zhuge Liang sebenarnya
menggunakan Ba Zhen Du sebagai ilmu sihir tingkat tingginya, namun oleh
Wei Yan, perwira Shu Han digagalkannya akibat pengaruh dari Sima Yi.
tahun 234 lalu digantikan oleh Jiang Wei
yang meneruskan ekspedisi ke utara, namun tidak menghasilkan kemenangan
yang mutlak. Liu Chan yang tidak cakap memimpin mempercayakan jalannya
pemerintahan kepada menteri kesayangannya Huang Hao.
Jiang Wei yang mengajukan mosi tidak percaya kepadanya, malah dituduh
berkhianat kepada negara. Ini menyebabkan Wei kemudian berhasil
mematahkan pertahanan Hanzhong dan menyerang sampai ke Chengdu, ibu kota
Shu Han. Liu Chan menyerahkan diri kepada Wei dan negara Shu Han resmi
runtuh pada tahun 263.
Berdirinya Dinasti Jin
Tahun 265, menteri negara Wei, Sima Yan
merebut kekuasaan dari keluarga Cao dan mendirikan negara Jin, beribu
kota di Luoyang. Ia bertahta dengan gelar Kaisar Wudi. Jin kemudian
merencanakan penaklukan negara Wu yang saat itu sedang kacau sepeninggal
Sun Quan pada tahun 251. Tahun 279,
penyerangan Wu dilancarkan dan Jin berhasil menaklukkan Wu tanpa
perlawanan berarti karena moral prajurit yang rendah. Sebab utama
kekalahan Wu adalah pemerintahan lalim dari kaisar Sun Hao.
Tahun 280,
Cina dengan resmi dipersatukan di bawah Dinasti Jin yang kerap disebut
sebagai Jin Barat oleh sejarahwan. Dinasti ini akan berkuasa sampai
tahun 420 sebelum Cina kembali terpecah-pecah karena lemahnya kekaisaran dan serangan suku-suku barbar dari utara.
Tokoh-tokoh berdasarkan negara
Penghujung Dinasti Han
- Dong Zhuo, perdana menteri lalim
- Yuan Shao, bangsawan dari utara, kemudian dikalahkan Cao Cao
- Liu Biao, bangsawan dari Jingzhou
- Gongsun Zan, jenderal Han di perbatasan timur laut
- Lu Bu, jenderal yang ditakuti di eranya, membunuh 2 ayah angkatnya
- Diao Chan, pacar Lu Bu
- Ma Teng, penguasa Liangzhou
- Kaisar Xiandi, kaisar terakhir Dinasti Han
- Hua Xiong, jendral andalan Dong Zhuo
- Wen Chou, jendral terkuat yuan shao
- Yan Liang, jendral Pemberani yang dibawah pimpinan Yuan Shao
Cao Wei
- Cao Cao,pemimpin negara Wei, raja perang, mempersatukan utara Cina
- Cao Pi, anak dari Cao Cao, pemimpin pengganti negara Wei
- Cao Rui, cucu dari Cao Cao, pemimpin pengganti Cao Pi
- Cao Ren, paman dari Cao Pi
- Cao Ang, anak dari Cao Cao
- Cai Wenji, diselamatkan Cao Cao setelah diculik Xiongnu
- Sima Yi, penasihat militer dan ahli strategi, rival Zhuge Liang
- Guo Jia, penasihat militer, mati muda, lebih jenius dari Sima Yi
- Xun Yu, penasihat militer
- Xun You, penasihat militer, saudara Xun Yu
- Zhen Ji, istri Cao Pi
- Cheng Yu, penasihat militer
- Jia Xu, penasihat militer
- Chen Qun, penasihat militer
- Xiahou Dun, jenderal perang
- Xiahou Yuan, abang dari Xiahou Dun, terkenal akan panahnya
- Xiahou Ba, anak Xiahou Yuan
- Zhang Liao, jenderal perang
- Yue Jin, jenderal perang
- Yu Jin , jenderal perang
- Zhang He, jenderal perang
- Dian Wei, pengawal pribadi Cao Cao
- Xu Chu, pengawal Cao Cao, pengganti Dian Wei
- Zhuge Dan, saudara sepupu Zhuge Liang, tetapi bekerja pada Wei
- Sima Zhao, anak dari Sima Yi, ayah dari Sima Yan (yang nantinya mendirikan Dinasti Jin)
- Hao Zhao, jendral perang, penjaga Chen Cang dari Zhuge Liang
- Xu Huang, jendral perang
- Sima Shi, anak tertua Sima Yi
- Wang Shuang, jendral perang, wakil dari Cao Zhen di Chen Cang
Dong Wu
- Sun Jian, raja perang, penguasa Changsha
- Sun Ce, anak Sun Jian, peletak dasar negara Wu
- Sun Quan, kaisar pertama negara Wu
- Sun Shang Xiang, anak Sun Jian yang nantinya menjadi istri Liu Bei
- Sun Hao, kaisar terakhir Wu yang sangat korup
- Zhou Yu, penasihat militer, mati muda
- Zhuge Jin, penasihat militer
- Ling Tong, jendral perang sekaligus anak Ling Cao
- Ling Cao, jendral perang dan bapak Ling Tong yang telah dibunuh oleh Gan Ning
- Lu Su, penasihat dan pengganti posisi Zhou Yu
- Ding Feng, Jenderal perang
- Lu Meng, jendral perang
- Lu Xun, jenderal perang
- Xiao Qiao, istri Zhou yu dan adik Da Qiao
- Da Qiao , istri Sun Ce dan Kakak Xiao Qiao
- Huang Gai, jenderal perang
- Gan Ning, jenderal perang
- Taishi Ci, jenderal perang
- Zhou Tai, jendral perang
- Xu Sheng, jendral perang
- Zhang Zhao, menteri
- Zhang Hong, menteri
- Han Ze, menteri
- Gu Yong, menteri
- Bu Zhi, menteri
Shu Han
- Liu Bei, bangsawan berdarah biru, ingin meneruskan Dinasti Han
- Liu Shan, anak Liu Bei
- Zhuge Liang, penasihat militer
- Pang Tong, penasihat militer
- Jiang Wei, jenderal perang yang meneruskan Zhuge Liang Menyerang Wei
- Guan Yu, dikenal juga sebagai Guan Gong (Kuan Kong), adik angkat Liu Bei
- Guan Ping, anak adopsi Guan Yu
- Guan Suo, anak dari Guan Yu
- Xing Cai, anak perempuan Zhang Fei
- Zhang Bao, anak laki-laki Zhang Fei
- Zhang Fei, adik angkat Liu Bei
- Ma Dai, jenderal perang dan sepupu Ma Chao
- Sha Moke, jenderal perang
- Mi Fang, jenderal perang
- Zhao Yun, jenderal perang
- Huang Zhong, jenderal perang
- Yue Ying, istri Zhuge Liang
- Ma Chao, jenderal perang
- Fei Wei, menteri
- Jiang Wan, menteri, pengganti Zhuge Liang
- Dong Yun, menteri
- Ma Liang, menteri
- Wei Yan, jenderal perang
- Ma Su, menteri dan saudara Ma Liang
- Xu Shu, penasihat militer, pendahulu Zhuge Liang, nama lainnya Dan Fu
- Huang Hao, kasim kesayangan Liu Chan yang korup, penyebab utama hancurnya Shu Han